Sabtu, 06 Desember 2014

EMULSI Majalah Peduli Pangan dan Gizi

Apa sih emulsi yang kamu tahu? Campuran fase terdispersi dalam fase pendispersi?



Cuma itu arti emulsi yang kamu tahu? Kalo cuma segitu aja pengetahuan kamu tentang emulsi, kayaknya kamu perlu kepoin tentang apa itu emulsi. Coba kamu perluas pengetahuan kamu dengan membaca majalah yang satu ini. Kenapa kamu harus baca majalah? Kenapa nggak baca textbook dan literatur yang tebalnya beratus-ratus halaman atau googling aja di internet? 

Karena majalah yang harus kamu baca adalah Majalah EMULSI. Bukannya sok ilmiah, tapi kata emulsi dikenal di keempat keilmuan baik di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Gizi Masyarakat, dan Teknologi Hasil Perairan.
Alasan lain kenapa kamu harus baca majalah ini adalah beritanya up to date dan nggak akan lekang oleh waktu. Maksudnya di sini dibahas tentang isu-isu terbaru seputar pangan yang sangat dibutuhkan manusia dan akan selamanya dibutuhkan, baik produknya, maupun ilmunya. Nah ilmunya bisa didapat di EMULSI.

Takut mengonsumsi makanan yang mengandung Bahan Tambahan Pangan? Atau butuh Suplemen yang tepat buat menangkal penyakit di musom hujan ini? EMULSI punya jawabannya. Untuk tau lebih lengkapnya tentang apa lagi isi dalam majalah EMULSI, kamu bisa baca-baca sendiri setelah beli majalahnya. Yuk perluas wawasan tentang pangan supaya lebih aman mengonsumsi makanan yang kamu makan.



For more info and buying, please contact these account @emulsiipb #eksotikgen8

Minggu, 23 Februari 2014

Hello Again, It's Second Month of 2014

Udah lama banget rasanya ngga nulis di blog, and now it's been a second month in 2014. Kalo biasanya gue posting cerpen-cerpen fiksi, kali ini gue mau membahas yang lainnya. Kalimat pembuka di atas seakan mengingatkan gue kalau waktu berlalu cepat sekali. Perasaan gue, gue masih menjadi seorang anak perempuan yang sering labil, belum berpikiran maupun bersikap dewasa, masih belum mengerti tentang banyak hal, padahal di tahun ini gue akan kehilangan "teen" di usia gue. Yak, I'm going to turn into 20.

Kalau diinget-inget, dulu, when I was younger gitu, gue sering berpikir "I'm going to be there or I'm going to be like her/him, SOMEDAY when I grew up", tapi kenyataannya...gue merasa masih begini-begini aja. Winda yang sekarang masih ngga beda jauh sama Winda yang dulu. Apalagi kalau gue lagi ada di rumah tuh kayaknya gue pengen jadi "little girl"-nya bapak-ibu terus dan gue selalu pengen mengabaikan umur gue yang harusnya udah semakin dewasa. Tapi pastinya bukan itu yang diinginkan orangtua gue. Tujuan mereka mengirim gue "agak" jauh ke sini supaya gue bisa belajar tentang arti kehidupan dari segala sisi dan mengambil pelajaran dari hidup mandiri di sini, nggak cuma ilmu akademis, tapi juga ilmu kehidupan.

Udah hampir dua tahun gue tinggal di Kota Hujan ini yang semakin lama gue tinggal di sini, gue semakin mengerti kenapa kota ini dijuluki Kota Hujan. Bertahun-tahun gue tinggal di Jakarta dan tiap musim hujan, Jakarta selalu kebanjiran dan banjirnya nggak pernah tanggung-tanggung. Katanya sih hasil dari air kiriman dari Bogor. Dan ternyata musim hujan di sini tuh beda sama di Jakarta. Kalau nggak musim hujan aja hampir tiap sore Bogor hujan, apalagi kalau musim hujan, yang ada cuma hujan sepanjang hari tanpa henti. Untungnya kalau lagi puncaknya musim hujan di Bogor biasanya udah masuk libur semester ganjil, jadi gue merasa terselamatkan dari parahnya musim hujan dengan pulang ke rumah di Cikarang. As you know, Cikarang yang kota industri itu akan selalu lebih panas dari Bogor dan curah hujannya nggak terlalu tinggi. Lagipula gue akan hibernasi di rumah hampir selama liburan yang tiga-empat minggu itu.

Meskipun gue udah hampir dua tahun kuliah, tapi kenyataannya pengalaman yang gue dapet masih minim banget. Entah gue yang males atau memang kesempatan itu belum terbuka buat gue. Pokoknya kalau gue daftar sesuatu, entah untuk jadi anggota organisasi atau kepanitiaan, gue hampir selalu gagal. Apa gue separah itu nggak bisa memenuhi kualifikasi yang mereka buat? Gue jadi sering  menyalahkan diri sendiri, menganggap rendah diri sendiri, dan kesel sama diri gue sendiri. Ditambah lagi berada di antara anak-anak brilian dari seluruh Indonesia (khususnya di departemen gue), gue merasa makin tenggelam. Serasa kayak gue adalah seorang biasa yang secara kebetulan berkesempatan untuk dapat kesempatan luar biasa, tapi yang namanya orang biasa, gue tetaplah orang biasa. Di sisi lain dari keminderan gue, banyak temen-temen gue yang cemerlang itu dapat kesempatan bagus yang bertubi-tubi, mulai dari nilai bagus (yang kayaknya nggak akan bisa gue dapat meski gue harus berkeringat darah sekalipun), diterima di organisasi/kepanitian, temen-temen yang seru dan menghargai (gue sering merasa introverted dan merasa banyak orang nggak suka sama gue atau tepatnya menganggap gue nggak penting), punya appearance yang bagus, love-life yang bagus, dan didukung sama wealth yang bagus pula. Dari tulisan ini aja gue benci sama diri gue yang iri sama orang lain, tapi beneran, ini yang sering bikin gue galau. Complicated banget, padahal sumbernya cuma satu, gue kurang bersyukur dan kurang berusaha.

Kalau dulu, sebelum gue diterima di departemen gue, gue udah ngalamin banyak banget penolakan yang bertubi-tubi, yang sempet bikin gue down (seperti yang udah pernah gue post sebelumnya). Pada akhirnya gue diterima juga di tempat yang bagus. Ini bisa dijadiin pelajaran, bahwa gue percaya, dibalik semua kegagalan yang sedang gue terima akhir-akhir ini, pada akhirnya Allah akan ngasih "sesuatu" yang amat baik buat gue, cuma waktunya belum tepat aja. Gue cuma lagi diuji aja, disuruh bersabar, dan supaya lebih bersyukur kalau nanti pas "sesuatu" itu udah jadi milik gue.